Pringsewu, 12 Agustus 2025 – SDGs Center Universitas Bandar Lampung (UBL) bersama mitra melaksanakan Survey and Site Visit (SSV) di Kelurahan Pringsewu Barat, Kabupaten Pringsewu, pada Selasa (12/8) pukul 13.30–16.00 WIB. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian KEM11LAU Project yang berfokus pada upaya mewujudkan kawasan layak huni, tangguh, dan berkelanjutan di Provinsi Lampung.

Pringsewu Barat tercatat sebagai kawasan padat penduduk, rata-rata dihuni 45 kepala keluarga per RT. Wilayah ini menghadapi persoalan kumuh akibat banjir berulang dan tumpukan sampah yang terbawa aliran air. Meski kesadaran masyarakat terhadap sampah relatif baik, banjir kerap membawa kiriman sampah dari daerah lain.
Wilayah yang dulunya berupa lahan sawah dan rawa kini berubah menjadi pemukiman dengan topografi menurun, sehingga meningkatkan risiko banjir, terutama di area belakang Masjid Taqwa. Sanitasi juga masih menjadi tantangan, dengan sebagian limbah rumah tangga dibuang langsung ke saluran air serta adanya bangunan rumah di atas badan air.
Pringsewu Barat belum memiliki kantor kelurahan, sehingga koordinasi masyarakat dengan pemerintah berjalan terbatas. Warga berharap adanya penyambung suara ke tingkat pemerintah, khususnya untuk izin perbaikan saluran air besar yang saat ini terhalang regulasi Balai Besar.
Masyarakat telah menunjukkan inisiatif dengan membayar pengangkutan sampah yang menumpuk di saluran air. Selain itu, muncul rencana untuk mengembangkan pariwisata bantaran sungai (waterfront) sebagai alternatif penguatan ekonomi lokal.

Permasalahan lingkungan didominasi oleh pendangkalan saluran air, penumpukan sampah, serta kiriman sampah dari wilayah lebih tinggi. Saluran air saat ini hanya berfungsi sebagai pembuangan, tidak lagi mendukung irigasi pertanian.
Pekerjaan galian jalan di jalur utama juga menutup drainase pinggir jalan, sehingga tidak ada aliran yang menghubungkan air dari jalan dan lahan sekitar ke saluran besar. Kondisi ini memperburuk risiko banjir.
Wilayah ini memiliki karakteristik banjir mirip dengan Kelurahan Pringsewu Timur, di mana hujan 1–2 jam saja dapat membuat air meluap ke rumah warga. Drainase yang dangkal dan tersumbat sampah membuat aliran tidak berfungsi optimal, sehingga genangan terjadi lebih cepat.

Hasil survey menunjukkan bahwa Pringsewu Barat memiliki potensi besar menjadi kawasan percontohan melalui intervensi yang tepat sasaran. Beberapa strategi yang diusulkan meliputi:
- Perbaikan infrastruktur drainase dan saluran air untuk menekan risiko banjir.
- Pengelolaan sampah terpadu, termasuk solusi untuk sampah kiriman dari wilayah lain.
- Peningkatan sanitasi dan penghapusan bangunan di atas badan air.
- Pembentukan kelembagaan/kelurahan untuk memperkuat koordinasi dan advokasi.
- Pengembangan potensi wisata bantaran sungai (waterfront) berbasis ramah lingkungan.
- Edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat terkait lingkungan dan pengelolaan sampah.
Hasil Survey and Site Visit (SSV) ini tidak hanya berfungsi sebagai catatan kondisi eksisting, tetapi juga akan menjadi acuan penting bagi KEM11LAU Project dalam merancang strategi intervensi yang benar-benar tepat sasaran, berbasis data, dan selaras dengan kebutuhan riil masyarakat. Pendekatan ini menekankan bahwa setiap langkah intervensi tidak boleh bersifat instan atau sekadar seremonial, melainkan harus berkesinambungan, kontekstual, dan adaptif terhadap dinamika lokal yang ada di Pringsewu Barat…