Pesawahan, 11 Agustus 2025 – SDGs Center Universitas Bandar Lampung (UBL) bersama para mitra melaksanakan Survey and Site Visit (SSV) di Kelurahan Pesawahan, Kota Bandar Lampung, khususnya di RT 39 dan RT 46. Kegiatan yang berlangsung pada pukul 09.00 – 11.30 WIB ini menjadi bagian dari rangkaian KEM11LAU Project (Kemitraan Multi Pihak untuk Inovasi SDGs 11) yang berfokus pada penguatan sinergi multipihak demi mewujudkan kota dan komunitas berkelanjutan di Provinsi Lampung. Survey and Site Visit (SSV) Kelurahan Pesawahan ini dihadiri oleh BAPPEDA Provinsi Lampung, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), DPD REI Lampung, BPBD Provinsi Lampung, Youth Sanitation (YSC) Indonesia, Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS), dan SDGs Center UBL.

Kelurahan Pesawahan masuk dalam SK kawasan kumuh, terdiri dari 49 RT dengan rata-rata 480 penduduk per RT. Akses air bersih menjadi tantangan utama, di mana sebagian besar warga harus membeli air layak konsumsi. Air sumur memang tersedia pada kedalaman ±5 meter, namun bercampur air payau.
Sanitasi terbatas, dengan salah satu inovasi berupa toilet komunal hemat air hingga 80% di RT 46. Meski demikian, persoalan air limbah dan sampah masih dominan, sebagian sampah bahkan terbawa dari wilayah hulu. Sebagian warga masih membuang limbah rumah tangga langsung ke sungai atau drainase.
Tingkat partisipasi masyarakat masih rendah. Program Gebrak Sungai yang sudah berjalan masih kurang didukung dengan sosialisasi dan edukasi pengelolaan sampah secara konsisten.
Warga memiliki keterampilan memasak dan keinginan kuat untuk berdaya secara ekonomi, namun belum memahami potensi lokal secara optimal. PKK cukup aktif, namun belum mendapatkan pendampingan dan pembinaan yang dapat mengarahkan potensi tersebut. Mayoritas masyarakat bekerja di sektor informal darat, bukan nelayan, dan belum memiliki komoditas unggulan. Kebutuhan utama pemberdayaan masyarakat mencakup modal usaha, pembinaan, dan pendampingan terstruktur.

Wilayah ini berdekatan dengan sungai dan laut, sehingga rentan terhadap banjir rob dan pendangkalan sungai. Normalisasi menjadi salah satu opsi untuk mengatasi pendangkala n, namun belum ada solusi terkait lokasi pembuangan endapan. Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan masih rendah, dengan sampah yang menumpuk di beberapa titik.
Bronjong sungai yang dibangun untuk menahan rob kini rusak, sehingga banjir kembali terjadi.

RT 39 mengalami banjir rob bulanan akibat pasang air laut, serta banjir tahunan yang dapat mencapai hampir 2 meter. Kondisi semakin parah jika hujan turun bersamaan dengan pasang, menyebabkan air cepat naik dan meluas.
Hingga kini belum ada titik evakuasi resmi, sementara mitigasi yang dilakukan hanya bersifat sederhana seperti menutup celah rumah. Saat banjir besar, lumpur terbawa masuk ke permukiman. Perbaikan bronjong dan pintu air menjadi kebutuhan mendesak.
Kelurahan Pesawahan memiliki potensi untuk menjadi kawasan percontohan KEM11LAU Project jika dilakukan intervensi yang tepat. Potensi tersebut antara lain:
- Pemberdayaan ekonomi berbasis keterampilan memasak dan usaha kecil.
- Pengembangan model pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
- Peningkatan kesadaran lingkungan melalui edukasi dan aksi nyata.
- Program mitigasi bencana terstruktur serta perbaikan infrastruktur pengendalian banjir melalui kolaborasi antara masyarakat, PKK, BPBD, dan pihak terkait lainnya.

Hasil survey ini menjadi acuan penting bagi KEM11LAU Project untuk merancang strategi intervensi yang tidak hanya tepat sasaran, tetapi juga benar-benar berbasis pada data lapangan dan memahami konteks sosial, ekonomi, dan lingkungan yang ada di Kelurahan Pesawahan. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap langkah yang diambil mampu menjawab permasalahan secara komprehensif, mulai dari penyediaan air bersih, peningkatan kualitas sanitasi, pengelolaan sampah yang berkelanjutan, hingga upaya mitigasi bencana yang terintegrasi.
Dengan mengedepankan prinsip kolaborasi pentahelix—yang melibatkan pemerintah, akademisi, sektor swasta, komunitas, dan media—proses perencanaan dan implementasi diharapkan tidak hanya menjadi program jangka pendek, tetapi juga membentuk sistem yang berkelanjutan. Sinergi multipihak ini memungkinkan adanya alokasi sumber daya yang lebih efektif, pertukaran pengetahuan lintas sektor, serta keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan perubahan.
Harapannya, Kelurahan Pesawahan dapat berkembang menjadi kawasan yang layak huni, menyediakan ruang yang aman dan sehat bagi warganya, inklusif dalam memberikan kesempatan bagi seluruh kelompok masyarakat, berdaya secara ekonomi melalui pemberdayaan potensi lokal, serta tangguh terhadap perubahan iklim dengan sistem perlindungan dan adaptasi yang terencana. Transformasi ini diharapkan menjadi contoh inspiratif bagi wilayah lain dalam mengembangkan kawasan berkelanjutan yang berbasis pada kekuatan kolaborasi dan pemberdayaan masyarakat.