Menu Tutup

Survey & Site Visit Kota Metro Kelurahan Rejomulyo: Identifikasi Tantangan dan Potensi Menuju Kawasan Percontohan

Metro, 8 Agustus 2025 – SDGs Center Universitas Bandar Lampung (UBL) bersama sejumlah mitra melaksanakan Survey and Site Visit (SSV) di Kelurahan Rejomulyo, Kota Metro, pada Jumat (8/8). Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan ASHOKA, Dinas PKPCK Provinsi Lampung, Inisiatif Lampung Sehat (ILS) Metro, Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS), Bappeda Kota Metro, BPBD Provinsi Lampung, dan tim SDGs Center UBL.

Kunjungan ini bertujuan memotret kondisi aktual terkait akses perumahan layak, partisipasi masyarakat, kualitas lingkungan, ketahanan terhadap bencana, serta peluang pengembangan kawasan percontohan di wilayah Rejomulyo.

Akses terhadap Perumahan Layak

Rejomulyo bukan merupakan kawasan padat penduduk, namun terdapat titik-titik kumuh di RT 03 dan RT 04 yang terdampak banjir. Banjir setinggi 30–60 cm kerap menggenangi wilayah tersebut akibat saluran drainase terhambat pipa PDAM besar, terutama di depan kantor kecamatan. Sebagian masyarakat masih menggunakan MCK sistem cemplung dan belum memenuhi syarat kepadatan untuk MCK komunal. Mayoritas warga berprofesi sebagai petani tradisional, dengan keterbatasan irigasi yang membuat hanya 40% lahan dapat dibajak.

Partisipasi dan Perencanaan

Perencanaan di tingkat warga sudah dimulai melalui pra-musrenbang, namun penentuan prioritas masih belum jelas. Rendahnya partisipasi karang taruna akibat kekosongan kepemimpinan menjadi tantangan tersendiri. Komunikasi antara pemerintah dan masyarakat kerap tidak sinkron, memicu hambatan birokrasi. Beberapa inisiatif positif seperti program Seruit Pelas untuk pemberdayaan lahan kosong dan program penanganan stunting berjalan baik, namun UMKM masih berskala kecil dengan pemasaran terbatas.

Ruang Terbuka dan Lingkungan

Program bank sampah telah mengolah sebagian sampah rumah tangga menjadi pupuk, namun genangan banjir tetap memicu kesan kumuh di wilayah tertentu. Usaha biopori dan sumur resapan belum efektif karena kurangnya koordinasi.

Banjir di Rejomulyo disebabkan oleh saluran yang dangkal, pintu air irigasi yang bermasalah, dan kemiringan drainase yang kurang optimal. Instalasi pipa PDAM bahkan memperparah kondisi banjir. Meski sudah dibangun dua embung, air tidak mengalir lancar karena hambatan saluran. Dampak banjir juga berpotensi meningkatkan risiko DBD dan menurunkan produktivitas pertanian.

Potensi Menuju Kawasan Percontohan

Rejomulyo memiliki peluang besar menjadi kawasan percontohan KEM11LAU Project jika penguatan UMKM melalui pelatihan digital marketing, perbaikan infrastruktur resapan air, pemanfaatan lahan kosong untuk pertanian produktif, dan integrasi pengendalian banjir dapat dilakukan secara berkelanjutan. Penghijauan dengan tanaman bernilai ekonomi juga menjadi salah satu strategi yang diusulkan.

Survey dan site visit di Kelurahan Rejomulyo memberikan gambaran menyeluruh tentang tantangan, potensi, dan peluang intervensi di wilayah ini. Meskipun Rejomulyo bukan termasuk kawasan padat penduduk, beberapa titik rawan banjir seperti RT 03 dan RT 04 menunjukkan perlunya penanganan infrastruktur drainase yang lebih efektif, terutama terkait hambatan akibat pipa PDAM dan kemiringan saluran yang tidak optimal. Keterbatasan sarana MCK, minimnya akses irigasi untuk lahan pertanian, serta rendahnya partisipasi kelembagaan pemuda seperti karang taruna turut memengaruhi daya tahan sosial-ekonomi masyarakat.

Di sisi lain, adanya program seperti Seruit Pelas, penanganan stunting berbasis komunitas, dan bank sampah menunjukkan bahwa modal sosial dan inisiatif lokal sudah mulai terbentuk. Namun, kapasitas UMKM yang masih terbatas pada skala kecil dan pemasaran manual memerlukan dukungan untuk berkembang melalui pelatihan, pendampingan digital, serta perluasan jejaring pasar. Aspek lingkungan juga memerlukan perhatian serius, terutama pada pengelolaan ruang terbuka hijau, pemanfaatan lahan kosong untuk pertanian produktif, dan penghijauan dengan tanaman bernilai ekonomi.

Dari sisi ketahanan bencana, urgensi perbaikan sumur resapan, biopori, dan pengendalian banjir menjadi prioritas, mengingat dampaknya yang langsung pada kesehatan masyarakat dan produktivitas pertanian. Dengan penguatan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, sektor swasta, komunitas, dan media, Rejomulyo berpotensi menjadi model kawasan percontohan yang tidak hanya tangguh terhadap bencana, tetapi juga memiliki ketahanan ekonomi, kualitas lingkungan yang baik, dan keterlibatan masyarakat yang kuat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *