Pringsewu, 12 Agustus 2025 – SDGs Center Universitas Bandar Lampung (UBL) bersama mitra melaksanakan Survey and Site Visit (SSV) di Kelurahan Pringsewu Timur, Kabupaten Pringsewu, pada Selasa (12/8). Kegiatan ini berlangsung hingga pukul 09.00 – 12.00 WIB dan berfokus pada dua isu utama, yaitu banjir dan persampahan, yang menjadi permasalahan mendesak bagi masyarakat setempat.

Potret Kondisi Akses Perumahan Layak
Hasil survey menunjukkan bahwa air bersih di wilayah ini tidak layak untuk dikonsumsi langsung. Air sumur yang dimasak justru berubah warna menjadi putih akibat kandungan kapur yang tinggi. Masyarakat akhirnya mengandalkan air beli dalam wadah jerigen atau galon isi ulang untuk kebutuhan sehari-hari. Dari sisi sanitasi, kondisi masih jauh dari optimal karena sebagian besar limbah rumah tangga dan kamar mandi langsung dibuang ke badan air.
Selain itu, pemukiman yang berada di daerah rendah kerap terendam banjir ketika hujan deras datang, diperparah oleh kiriman air dari wilayah yang lebih tinggi. Mayoritas warga bekerja di sektor informal, khususnya sebagai buruh pasar, sehingga kemampuan ekonomi mereka untuk melakukan perbaikan terbatas.
Partisipasi dan Perencanaan
Partisipasi masyarakat masih rendah dan minim terbentuk kelompok warga yang aktif. Kegiatan sosial terbatas pada arisan, pengajian, serta posyandu bayi, remaja, dan lansia. Informasi program atau sosialisasi biasanya hanya disampaikan melalui forum keagamaan atau kegiatan sosial rutin tersebut.
Meski sudah ada program KOTAKU di Kelurahan Pringsewu Timur, perencanaan mitigasi masih belum memadai. Jalan lingkungan yang sempit dinilai menghambat akses penting, terutama untuk kebutuhan tanggap darurat kebakaran dan akses mobil pemadam.

Ruang Terbuka dan Lingkungan
Program jalur hijau pernah digagas di kelurahan ini, namun tidak berjalan lama karena kurangnya sosialisasi dan partisipasi. Pengelolaan sampah juga masih menjadi tantangan. Meski terdapat bantuan angkutan sampah yang beroperasi setiap hari, Kelurahan Pringsewu Timur masih menjadi satu-satunya wilayah yang belum memiliki tempat pengelolaan sampah sementara (TPS). Kondisi ini menyebabkan sebagian sampah terbawa aliran banjir dan memperburuk kesan kumuh.
Ketahanan terhadap Bencana
Masalah banjir menjadi persoalan paling serius di Pringsewu Timur. Saat musim hujan, wilayah Lingkungan 5 yang berbatasan dengan Pringsewu Selatan dan Pekon Margaraya sering tergenang banjir 2–4 jam, bahkan bisa bertahan lebih lama dari malam hingga pagi hari. Penyebab utama banjir adalah air kiriman dari daerah lain yang tidak dapat ditampung oleh sistem drainase yang dangkal dan mengalami pendangkalan.
Kebiasaan membuang sampah sembarangan semakin memperparah kondisi, menjadikan lingkungan semakin kumuh pasca-banjir. Dampaknya tidak hanya merusak hunian, tetapi juga menyebabkan gagal panen pada sawah warga yang terdampak. Warga menilai sudah bertahun-tahun permasalahan ini tidak ditindaklanjuti, dan hanya sebatas survey tanpa ada intervensi nyata.


Potensi Menuju Kawasan Percontohan
Meski menghadapi banyak tantangan, Kelurahan Pringsewu Timur memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan percontohan dalam KEM11LAU Project. Beberapa peluang yang dapat ditindaklanjuti antara lain:
- Pengelolaan air bersih dan sanitasi terpadu agar kebutuhan dasar masyarakat lebih terjamin.
- Peningkatan partisipasi masyarakat melalui program pemberdayaan komunitas.
- Pengelolaan sampah berbasis masyarakat untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
- Mitigasi bencana dan rehabilitasi infrastruktur drainase guna mengurangi risiko banjir.
- Penguatan ekonomi lokal dengan mendukung sektor informal agar lebih tangguh menghadapi dampak bencana.
Hasil survey ini menjadi pijakan penting bagi KEM11LAU Project dalam merancang intervensi yang komprehensif, berbasis data, dan sesuai dengan kondisi riil lapangan. Dengan mengusung pendekatan kolaborasi pentahelix—pemerintah, akademisi, sektor swasta, komunitas, dan media—Kelurahan Pringsewu Timur diharapkan dapat bertransformasi menjadi kawasan yang layak huni, inklusif, tangguh bencana, serta berdaya secara ekonomi dan sosial.
Transformasi ini tidak hanya menjawab tantangan banjir dan persampahan, tetapi juga membuka jalan menuju keberlanjutan jangka panjang yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat.