Menu Tutup

Maraknya poverty porn di media sosial : ekspolitasi kemiskinan

Sebenernya dengan adanya sosial media, saya pribadi menganggap itu adalah hal baik karena dapat menjadi sarana informasi baru, sarana berekspresi dan berkarya tetapi hal hal di media sosial tidak semuanya baik contohnya konten konten pengekspolitasian kemiskinan. Selebriti, influencer dan conten creator seakan akan berlomba lomba mendatangi orang kurang mampu dengan cara “dikontenin” tujuannya untuk mengajak rasa iba penonton, sesekali mereka akan menyorot para korban demi mengambil ekspresi kasian dan di situlah lagu lagu sendu beraksi. Sekilas tidak ada yang salah dengan hal ini, bukankah hal ini baik? Toh tujuannya untuk membantu sesama. Nyatanya apakah benar demikian? Konten seperti itu adalah contoh dari poverty porn yaitu pengekspolitasian kemiskinan di media yang gunanya untuk mengundang simpati dari para penonton.

Kemiskinan akan dipotret sedemikian rupa, dibumbui dengan foto yang menyedihkan, narasi yang mengharu biru, backsound yang mendukung.  Sebelum adanya sosial media, TV sudah lebih dahulu melenggangkan isu ini seperti acara TV mikrofon pelunas hutang, uang kaget dan sebagainya. Anehnya hal ini banyak digemari oleh khalayak dan selalu laku dipasaran. Tidak hanya itu, media berita juga melakukan hal yang sama, informasi yang hadir dalam bentuk pornografi kemiskinan juga dapat ditemukan pada isu-isu lansia Kerentanan ganda lansia diremehkan dan mereka mendapat klik dengan menambahkan “cerita sedih”, “sedih” atau “sedih” di awal berita.

Hal sama seperti bentuk konten pornografi seksual yang menjual gambaran seksualitas yang dilebih-lebihkan, tak realistis, hingga imajinatif, poverty porn bekerja pada prinsip tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan masalah kemiskinan, kondisi geografis, kondisi politik, pemimpin yang korup dan berbagai faktor lainnya. Dalam konteks ini, program-program yang mengeksploitasi kemiskinan tidak berpesan, seolah mengatakan bahwa sumber daya material adalah masalah sekaligus solusi. Hal ini melanggengkan mindset mitos mitos kemiskinan antara lain, kemiskinan muncul dari kemalasan, berhubungan dengan alkohol dan penyalahgunaan narkoba, salah mengurus keuangan, dan masih banyak lagi. Keberadaan mitos kemiskinan ini melanggengkan stereotipe orang miskin. Memberi sumbangan hanya sesederhana untuk amal tanpa mengubah tujuan sosial jangka panjang.

Hal ini juga merupakan salah satu yang masih menjadi masalah hampir seluruh negara di dunia yaitu mengentaskan kemiskinan, tujuan SDG’s urutan pertama. Kemiskinan masih dan akan selalu dipandang sebagai masalah yang serius bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang. Kemiskinan tidak hanya merujuk pada dimensi ekonomi saja.

Sudah waktunya untuk para konten kreator, TV dan media berenti dari hal pengekspolitasian kemiskinan demi mendongrak viewers dan rating. Lagipula, yang diinginkan oleh mereka bukan simpati melaikan lapangan pekerjaan, akses yang merata, akses hunian yang layak, pendidikan yang berkualitas dan terjangkau dan hak hak lainnya.

Dari opini diatas, bagaimana dengan opinimu?

by : Syaira Salsabilla